Sukun –  Arthocarpus altilis

Sukun – Arthocarpus altilis


Klasifikasi Ilmiah 

Kingdom : Plantae 

Divisi : Spermathophyta 

Kelas : Dycotylodonae 

Ordo : Rosales 

Famili : Moraceae 

Genus : Arthocarpus 

Spesies : Arthocarpus altilis


Deskripsi 

Tanaman sukun memiliki batang kayu yang lunak, kulit batang berwarna hijau kecoklatan, berserat kasar dan pada semua bagian tanaman memiliki getah encer. Akar tanaman sukun biasanya ada yang tumbuh mendatar atau menjalar dekat permukaan tanah dan dapat menumbuhkan tunas alami. Buah sukun berbentuk bulat sampai lonjong dengan ukuran panjang bisa lebih dari 30 cm, lebar 9-20 cm, dengan daging buah berwarna putih, putih-kekuningan atau kuning.


Fungsi

Bagi masyarakat Indonesia, konsumsi buah sukun umumnya masih terbatas sebagai makanan ringan dan sayur. Sebagai salah satu sumber bahan pangan alternatif, buah sukun terbukti memiliki kandungan gizi cukup tinggi.

Buah sukun mengandung berbagai jenis zat gizi utama yaitu karbohidrat 25%, protein 1,5% dan lemak 0,3% dari berat buah sukun.


Habitat 

Sukun (Arthocarpus altilis) merupakan salah satu tanaman penghasil buah utama dari keluarga Moraceae. Tanaman ini sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia bahkan di beberapa negara di kawasan Pasifik seperti Fiji, Tahiti, Kepulauan Samoa, dan Hawai dan Indonesia.


Perawatan 

Biasanya, jika pohon sukun memiliki daun yang terlalu rimbun, dulur perlu melakukan pemangkasan. Hal ini agar tidak ada bagian pohon yang terhalang mendapat asupan sinar matahari. Dulur juga bisa memangkas cabang pohon agar muncul banyak tunas pada pohon sukun dulur. 

Selain itu, penting untuk dilakukan pemupukan agar pohon sukun terus mendapatkan asupan yang bergizi. Biasanya, pemupukan dulur lakukan 3 bulan sekali. Tapi, saat sukun sudah berbuah, intensitasnya bisa dulur kurangi menjadi setahun 2 kali saja. 


Referensi 

Adinugraha, H. A., and N. K. Kartikawati. “Variasi Morfologi Dan Kandungan Gizi Buah Sukun.” Wana Benih, 2012.

Prastyono, S. D., H. A. Adinugroho, and N. K. Kartikawati. “Pengembangan Teknik Budidaya Sukun (Artocarpus Altilis) Untuk Ketahanan Pangan.” Jakarta: IPB Press, 2014.

Siregar, A. S. Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus Communis) Pada Berbagai Ketinggian Di Sumatera Utara. repositori.usu.ac.id, 2009. https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/64076.


Beringin –  Ficus Benjamina

Beringin – Ficus Benjamina

 


Klasifikasi Ilmiah 

Kingdom : Plantae 

Divisi : Tracheophyta 

Kelas : Magnoliopsida 

Ordo : Rosales 

Famili : Moraceae 

Genus : Ficus L.

Spesies : Ficus Benjamina L.


Deskripsi 

Pohon beringin memiliki ciri khas berupa akar gantung yang menjulur dari atas ke bawah dalam jumlah banyak, sehingga tampak seperti garis-garis vertikal yang menopang pohon tersebut.

Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai sekitar 20-25 meter. Batang tegak, bulat, percabangan simpodial, permukaan kasar, pada batang tumbuh akar gantung berwarna coklat kehitaman.


Fungsi

Pohon beringin atau Ficus benjamina terkenal memiliki banyak manfaat dalam bidang kesehatan. Getah dan daunnya sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat peradangan, kulit, gangguan pencernaan, kusta, dan malaria. 

Pohon beringin juga memiliki potensi sebagai obat antibakteri, antinyeri, antidemam, dan antikanker. Tidak hanya di bidang kesehatan, daun dan rantingnya juga sering dipakai sebagai repellant serangga dalam Masyarakat.


Habitat 

Pohon beringin (Ficus benjamina Linn.) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dijumpai di berbagai wilayah Indonesia. Pohon beringin yang merupakan tanaman asli Asia Tenggara termasuk dari Indonesia dan sebagian Australia.


Referensi 

Aslamiah, S., and H. Haryadi. “Identifikasi Kandungan Kimia Daun Pohon Beringin (Ficus Benyamina L.) Sebagai Obat Tradisional.” Anterior Jurnal, 2013. https://journal.umpr.ac.id/index.php/anterior/article/view/287.

Mudawaroch, R. E., A. Pangestu, and ... “Pengadaan Dan Penanaman Pohon Beringin (Ficus Benjamina L) Sebagai Upaya Penanggulangan Longsor.” Prosiding Seminar …, 2021. https://ojs-upgrade.ummat.ac.id/index.php/SEMNASPUMMAT/article/view/6564.

Wibowo, F., A. P. Wicaksono, and ... “Klasifikasi Tanaman Beringin (Ficus Bernjamina) Berdasarkan Citra Daun Menggunakan Algoritma K-Nearest Neighbors.” Jurnal Teknologi Dan …, 2021. https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jtmi/article/view/6758.


Jambu Mawar –  Syzygium jambos

Jambu Mawar – Syzygium jambos

 


Klasifikasi Ilmiah 

Kingdom : Plantae 

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida 

Ordo : Myrtales 

Famili : Myrtaceae 

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium jambos


Deskripsi 

Postur pohon jambu mawar tidak terlalu besar, tingginya mencapai 10 m. Batangnya berwarna coklat pucat, dengan percabangan rendah dan melebar. Memiliki sistem perakar tunggal, daunnya berbentuk lanset, tebal, licin. Ketika masih muda warnanya merah muda mengkilat, selanjutnya menjadi hijau tua bila sudah tua.

 Bunganya berwarna putih atau krem pucat, besar, mencolok dan baunya harum. Tangkainya pendek dan biasanya terletak pada ujung cabang-cabang yang berdaun. Buah jambu mawar berbentuk hampir bulat, agak lonjong atau melebar pada dasarnya, garis tengahnya 4-5 cm. Bila sudah masak warnanya kuning pucat atau kehijau-hijauan, dengan kulit yang licin dan agak keras. Warna bijinya coklat dan jumlahnya satu sampai dua.


Fungsi

Jambu mawar merupakan salah satu tanaman tropis khas Indonesia yang digunakan sebagai obat tradisional yang mengandung senyawa antibakteri tetapi tanaman ini sangat jarang ditemukan dan belum dikenal oleh masyarakat.


 Habitat 

Jambu mawar alias jambu kraton adalah anggota suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari Asia Tenggara, khususnya di wilayah Malaysia. Dinamai demikian karena buah jambu ini memiliki aroma wangi yang khas seperti mawar. Tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, dengan drainase, dapat ditanam di daerah pantai sampai pegunungan setinggi 1.200 m di atas permukaan laut.

 Mengikuti peradaban manusia, tanaman ini disebarluaskan ke pelbagai wilayah tropis di dunia sejak beratus tahun yang lalu. Sebagian di antaranya telah meliar kembali di alamnya yang baru. Di beberapa negara, tanaman yang mudah beradaptasi dan berbiak ini kini mulai dianggap sebagai ancaman, karena cenderung bersifat sedikit invasif.


Perawatan

Jambu Mawar dikenal karena kebutuhan perawatannya yang relatif sederhana. Poin perawatan khusus yang penting termasuk memastikan tanah memiliki drainase baik tetapi tetap lembap, serta menyediakan akses sinar matahari penuh untuk pertumbuhan optimal. 

Pemangkasan secara teratur untuk mempertahankan bentuk dan mendorong sirkulasi udara sangat penting mengingat pertumbuhannya yang cepat. 


 Referensi 

Soetomo, S., E. Eviyana, N. A. Choironi, and ... “Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Aktif Dari Daun Jambu Mawar (Syzygium Jambos (L.) Alston.” Jurnal Sains Dan …, 2019. https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/2821592.

Wibisono, G. Y. “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Dan Kulit Batang Jambu Mawar (Syzygium Jambos (L.) Alston) Terhadap Staphylococcus Aureus IFO 13276 Dan Escherichia ….” e-journal.uajy.ac.id, 2012. http://e-journal.uajy.ac.id/379/6/5BL01050.pdf.


Palem tulang ikan – caryota urens L.

Palem tulang ikan – caryota urens L.

 


Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : liliopsida

Subkelas : arecidae 

Ordo : arecales

Famili : arecaceae

Genus : caryota

Spesies : caryota urens L.


Deskripsi

Spesies Caryota merupakan satu satunya palem yang memiliki daun berbentuk bipinate. Daun berbentuk seperti ekor ikan oleh karena itu palem ini dijuluki fishtail palm. Caryota urens tersebar di daerah tropis. Tumbuhan ini tumbuh baik di tanah gembur dan lembab. Caryota berasal dari kata Yunani karyotes, yang artinya "nutlike." , urens dalam bahasa latin berarti "menyengat," yaitu sejenis minuman tuak sawit, anggur sawit dan Jaggery sawit. C. urens tumbuh di bawah hutan tropis pada ketinggian 300 - 1500 m dpl. Caryota urens merupakan pohon dengan tinggi hingga 15 m dan memiliki diameter batang mencapai 30 cm. Daun bipinnate berbentuk segitiga berwarna hijau terang hingga hijau tua. Pembungaan berbentuk tandan yang tersusun dalam bentuk malai (panicle) yang terdiri atas bulir-bulir


Fungsi 

Caryota urens dapat digunakan untuk mengobati maag, sakit kepala migrain, keracunan gigitan ular, serta pembengkakan akibat rematik.


Habitat

Tanaman ini tumbuh subur di iklim hangat, di mana sistem akar mereka yang luas membantu menopang dan secara efisien menyerap air dan nutrisi, mendukung pertumbuhan mereka dan produksi kelompok buah khas mereka. Tumbuhan ini berasal dari India, Malaysia, Myanmar, Nepal, Sri Lanka. C. urens tumbuh di bawah hutan tropis pada ketinggian 300 - 1500 m dpl.


Referensi

https://ayoketaman.com/


Darwin black wattle – acacia auriculiformis cunn. ex benth

Darwin black wattle – acacia auriculiformis cunn. ex benth

 


Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : magnoliophyta

Subkelas : rosidae 

Ordo : fabales

Famili : fabaceae

Genus : acacia

Spesies : acacia auriculiformis cuss. ex benth


Deskripsi

Acacia auriculiformis, juga dikenal sebagai earleaf acacia atau Darwin black wattle, adalah sebuah pohon yang tumbuh cepat.

Pohon ini dapat tumbuh hingga 30 meter (98 kaki) tinggi dengan batang yang bercabang dan berdiameter hingga 50 cm (1,6 kaki).

Daun: Daunnya berbentuk panjang, lebar 1,5-2,5 cm (0,6-1,0 inci), dan memiliki 3-8 urat paralel. Daunnya tebal, lembut, dan melengkung.

Bunga: Bunganya berwarna kuning muda, panjang 8 cm (3,1 inci), dan berpasang-pasangan. Bunganya berbau harum dan beraroma manis.


Fungsi 

Digunakan sebagai tanaman hias, pohon peneduh, dan tanaman perkebunan untuk kayu bakar. Kayunya juga digunakan untuk membuat kertas, perabotan, dan alat-alat tukang. Pohon ini juga mengandung tannin yang berguna dalam tanning kulit hewan, Acacia auriculiformis memiliki beberapa manfaat lain seperti sumber makanan bagi burung seperti burung kutilang, myna, dan bulbul, serta digunakan oleh masyarakat lokal untuk berbagai keperluan


Habitat

Tegakan-tegakan alami akasia dapat dijumpai di Australia (Semenanjung Cape York, Queensland, sebelah utara Northern Territory), bagian tenggara Papua New Guinea dan Indonesia (Irian Jaya, Kepulauan Kai). Akasia telah didomestikasi sejak 50 tahun yang lalu, dan telah tersebar luas di kawasan Asia tropis. Akasia tumbuh pada daerah-daerah dataran rendah tropis beriklim lembab sampai sublembab, pada tanah-tanah di sepanjang tepi sungai, pada daerah berpasir di tepi pantai, dataran yang mengalami pasang surut air laut, danau-danau berair asin di dekat pantai, dan dataran yang tergenang air, Daerah penyebarannya memiliki rata-rata suhu maksimum 32--38 °C dan rata-rata suhu minimum 12--20°C. Curah hujan bervariasi antara 760 mm/tahun di kawasan Northern Territory (Australia) dan 2000 mm/tahun di Papua New Guinea, penyebarannya dipengaruhi oleh iklim monson yang musim keringnya dapat terjadi selama 6 bulan.


Referensi

Boro, T. L., Gaol, M. L., & Bessie, O. A. 2020. Analisis Populasi Jenis-Jenis Acacia di Kawasan Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johannes di Desa Kotabes Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang


Pohon naga – dracaena draco

Pohon naga – dracaena draco

 



Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : liliopsida

Subkelas : lilidae 

Ordo : liliales

Famili : agavacea

Genus : dracaena

Spesies : dracaena daraco (L.)L.


Deskripsi

Dracaena draco adalah spesies pohon tropis asli Kepulauan Canary. Ini adalah simbol nasional Tenerife. Kulit dan daun dari dracaena draco menghasilkan resin yang disebut darah naga, yang telah digunakan sebagai pewarna.

Tanaman Dracaena mampu beradaptasi dengan paparan matahari penuh ataupun dengan lingkungan teduh. Tanaman pohon naga memiliki sistem perakaran serabut, ia dapat tumbuh tegak mencapai 4 kaki dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun nya berbentuk tunggal, tidak bertangkai, dan pelepah memeluk batang. Daun berwarna hijau dengan tepi merah bila memperoleh cahaya yang cukup, dengan lebar daun 3-5 cm.


Fungsi 

dracaena juga berfungsi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan. Dracaena termasuk tanaman yang digunakan oleh NASA Clean Air Study dan telah menunjukkan kemampuannya untuk membersihkan udara. Dalam hal ini ia menyerap formaldehida, benzena dan karbon monoksida dari udara


Habitat

Lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan dracaena adalah pada ketinggian 600 m – 1000 m dpl, dengan temperatur 24°C – 32°C, pada intensitas cahaya 55 – 75%, dan pH tanah 5,5 – 6,5. Tanaman hias dracaena secara umum dapat ditanam pada setiap jenis tanah. Faktor terpenting adalah tanah tersebut gembur dan berdraenase baik.


Referensi

https://www.sman1kalasan.sch.id/glossary/dracaena/