Nyamplung (Calophyllum inophyllum)

Nyamplung (Calophyllum inophyllum)

 


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Theales
Famili : Clusiaceae
Genus : Calophyllum
Spesies : Calophyllum inophyllum L.

Habitat
Tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum) merupakan salah satu tanaman tropis yang umumnya tumbuh di daerah dataran rendah dan pesisir, serta dapat juga ditemukan di dataran tinggi (Hamim et al., 2019). Tanaman ini memiliki persebaran yang luas di berbagai wilayah dunia, termasuk Afrika, India, Asia Tenggara, dan Australia Utara. Di Indonesia, pohon ini dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah, terutama di daerah pesisir (Emilda, 2019). 

Deskripsi Morfologi
Nyamplung (Calophyllum inophyllum) memiliki ciri morfologi berupa batang yang berwarna gelap dan kulit yang kasar dan bersisik, serta daun yang rimbun. Tanaman Nyamplung umumnya tumbuh liar di daerah Jawa dengan ketinggian tanaman mencapai 20 m dan diameter batang 1,5 m. Umumnya, batangnya tumbuh agak bengkok, condong, atau bahkan sejajar dengan tanah. Nyamplung mengandung getah lengket berwarna putih atau kuning. Daun Nyamplung berbentuk tunggal dengan susunan bersilang-berhadapan, memiliki bentuk bulat memanjang atau bulat telur. Bagian atas daun berwarna hijau tua mengkilap, sedangkan bagian bawahnya berwarna hijau kekuningan. Bunga Nyamplung bertipe majemuk yang tumbuh dalam bentuk tandan di ketiak daun teratas, dengan diameter 2-3 cm dan terdiri dari tujuh hingga tiga belas bunga, dan menghasilkan aroma harum. Buah Nyamplung berbentuk bulat kelereng dengan ujung meruncing, berukuran diameter 2 cm, berkulit tipis dengan permukaan licin tangkai pendek. Buah Nyamplung yang masih muda berwarna hijau, dan ketika matang akan berubah menjadi kekuningan. Apabila dibiarkan lebih lama, buahnya akan berubah warna seperti warna kayu (Emilda, 2019; Hadad et al., 2019).

Manfaat
Nyamplung berpotensi tinggi sebagai bahan baku biodiesel dengan adanya kandungan zat produktif sebesar 74%. Biji nyamplung yang telah dikeringkan, ketika dikempa, mengandung banyak minyak nabati yang bisa digunakan sebagai biodiesel. Biji tersebut mengandung air sebanyak 3,3% dan minyak 71,4% yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak dari jarak pagar (Hadad et al., 2019). Selain minyak, berbagai bagian pohon nyamplung juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Kayunya dapat digunakan dalam konstruksi ringan, lantai, pembuatan papan, peti, meja, pembuatan kapal, dan perabot rumah. Nyamplung juga memiliki manfaat medis karena mengandung senyawa dipiranokumarin, seperti kalofillolid dan inophyllum B, C, G, serta P, yang diekstraksi dari biji dan daun nyamplung dapat menghambat kerja enzim reverse transcriptase non-nukleosida (NNRT). Enzim ini dibutuhkan oleh virus HIV untuk membuat salinan DNA-nya, agar bisa bereplikasi di dalam sel tubuh (Emilda, 2019; Hamim et al., 2019).


Ardhia Diah Restu Pambudi
___________________________________________________________________________

Referensi

Emilda (2019). Tumbuhan Nyamplung (Chalohyllum inophyllum Linn) dan Bioaktifitasnya. SIMBIOSA, 8(2). 136–147. DOI: 10.33373/sim-bio.v8i2.2000
Hadad, Wardiana, E., Daras, U., Syafaruddin, Udarno, L., Supriadi, H., & Rivai, A. M. (2019). Tanaman Industri Potensial Penghasil Biodiesel dan Bioetanol. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar.
Hamim, Romadlon, Z., & Dorly (2019). Perkembangan Morfo-anatomi Bunga, Buah, dan Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) sebagai Tanaman Penghasil Biodisel. Jurnal Sumberdaya HAYATI, 5(1). 1–10.