Bintaro – Cerbera manghas

Bintaro – Cerbera manghas



Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan       : Plantae

Divisi              : Magnoliophyta

Kelas              : Magnoliopsida

Ordo              : Gentianales

Famili             : Apocynaceae

Genus           : Cerbera

Spesies         : Cerbera manghas


Deskripsi

    Bintaro adalah tumbuhan (pohon) bernama latin Cerbera manghas yang banyak dijumpai diberbagai tempat sebagai pohon penghijauan. Bintaro sering disebut juga sebagai Mangga Laut, Buta Badak, Babuto, dan Kayu Gurita. Bintaro umumnya mempunyai tinggi 4-6 meter meskipun terkadang mampu mencapai 12 m. Daunnya berwarna hijau tua mengkilat berbentuk bulat telur. Bunga bintaro berbau harum, terdiri atas lima petal dengan mahkota berbentuk terompet yang pangkalnya berwarna merah muda. Buah bintaro memiliki kandungan racun yang disebut senyawa cerberrin. Bila tertelan oleh manusia dapat mengakibatkan detak jantung berhenti.


Fungsi

    Kandungan racun dalan tanaman bintaro dapat dimanfaatkan sebagai pembasmi hewan pengganggu seperti tikus, ular, dan nyamuk. Adapun biji dari pohon bintaro  dapat diekstrak menjadi minyak yang dapat digunakan sebagai energi alternatif (biofuel), sementara buahnya dimanfaatkam sebagai obat luka. Bintaro juga bermanfaat sebagai pohon penghijauan penyerap karbondioksida.


Habitat

    Habitat alami pohon bintaro adalah di wilayah tropis. Tumbuhan bintaro tersebar hampir di seluruh wilayah Indo-Pasifik yang beriklim tropis, termasuk Indonesia, Kamboja, Vietnam, Myanmar, Bangladesh, dan India. Selain itu, pohon ini banyak ditanam di kota-kota besar untuk mendukung program penghijuan.


Perawatan

    Untuk perawatan tanaman bintaro membutuhkan curah hujan yang cukup dengan distribusi yang merata. Apabila curah hujan tidak dapat memenuhi kebutuhan air maka perlu dilakukan irigasi atau penyiraman. Penyinaran sinar matahari juga sangat penting bagi pertumbuhan tanaman bintaro. Radiasi matahari yang tidak optimal dapat mempengaruhi kualitas tanaman. Tanaman bintaro sebaiknya ditanam di tanah yang subur dengan PH antara 6,0 – 7,0. 


Referensi

[1] Hutapea,dkk. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia, I, Jilid 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Jakarta.


[2] Rukmana, R. (2004). Temu-temuan: Apotik Hidup di Pekarangan. Kanisius. Yogyakarta. 60 hlm.


[3] Santoso, H. (2008). Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Agromedia. Jakarta.


[4] Yuniarti, T. (2008). Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Medpress. Yogyakarta. 440 hlm.




Penulis :

Rivca Elvia Balqis